Indonesia menjadi negara ke lima dengan jumah siswa korban bullying terbanyak di dunia di tahun 2018. Bullying di sekolah menjadi keresahan bagi masyarakat Indonesia. Bullying tidak hanya memberikan dampak negatif pada karakter siswa yang menjadi korban, tetapi juga merusak lingkungan belajar yang seharusnya nyaman dan mendukung.
Bullying di sekolah mencakup berbagai perilaku yang merendahkan, menghina, atau mengejek siswa lain secara berulang-ulang. Ini dapat berupa pelecehan verbal, fisik, atau bahkan pelecehan daring (cyberbullying). Bullying dapat terjadi di berbagai tingkatan, dari tindakan yang tampak sepele hingga intimidasi yang sangat serius.
Data hasil riset Proggramme for International Student Assesment (PISA) 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di Indonesia sebanyak 41,1 %. Para korban yang mengalami bullying tidak hanya berdampak pada psikologisnya namun berdampak pula pada biologisnya seperti penelitian yang menyebutkan kasus bullying dapat mengakibatkan pengecilan ukuran otak korbannya.
Kenapa setiap kasus bullying dilingkungan sekolah, sekolah seolah selalu menutupi kasus tersebut seharusnya pihak sekolah bisa mengusut tuntas kenapa kejadian bullying bisa terjadi dan memberikan hukuman sesuai SOP yang berlaku agar anak didik yang bersangkutan bisa merasakan jera atas perbuatannya. Kepedulian pihak sekolah akan anak didiknya sangat diperlukan, begitu pula peraturan yang ada harus di terapkan secara tegas.
Masih banyak lagi kasus bullying di Lembaga Pendidikan yang tidak terekspos media apakah kasus bullying harus viral agar kasusnya bisa di tindaklanjuti oleh pihak sekolah dan Lembaga pendidikan?, kasus bullying di Lembaga Pendidikan adalah hal serius yang membutuhkan langkah antisipasi penanganan yang tidak main-main.
Sekolah harus memberikan kenyamanan bagi siswa, sehingga menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi siswa dan peranan sekolah dapat membantu pembentukan kepribadian atau karakter siswa yang baik.
Sudah termasuk darurat bullying kah sekolah di Kabupaten Kampar?.
Penulis: Dimas (aktivis HMI Komisariat Lafran Pane Kampar).