Masyarakat Bangkinang, terutama di Desa Salo Timur melakukan kegiatan Hari Aghi Ghayo Onam atau yang sering disebut dengan Hari Raya Enam. Hari Raya ini dilakukan pada 7 syawal 1443 Hijriah atau enam hari setelah lebaran Idul Fitri. Masyarakat menyebut Hari Raya Enam ini lebih meriah dari pada hari raya idul fitri hari pertama.

Masyarakat Salo Timur, menyebut kegiatan hari enam ini karena sebelum itu sebagian masyarakat menjalankan puasa sunnah syawal selama enam hari berturut- turut setelah hari pertama hari raya idul fitri. Hari Raya Enam ini juga sudah menjadi tradisi bagi masyarakat salo timur. “kata Zamri”(Kepala desa salo timur). Hari Raya Enam ini dimulai dengan ziarah kubur atau yang sering disebut dengan Hari Raya Ziarah. Tradisi hari raya enam ini tidak hanya dilakukan di desa salo timur, namun Hari Raya Enam ini hampir setiap dusun ataupun desa yang ada dibangkinang melakukan Hari Raya Enam ini setiap tahunnya secara turun temurun.

Pada hari minggu, 01 Mei 2022 sekitar pukul 06.30 WIB, satu persatu masyarakat salo Timur keluar dari rumahnya, khususnya kaum laki-laki menuju salah satu perkuburan. Awalnya hanya puluhan orang saja yang berkumpul, setelah berdoa rombongan ini melanjutkan ketempat pemakaman umum lainnya yang ada di Salo Timur dengan berjalan kaki tanpa ada yang menaiki kendaraan.

Sebelum berdoa, salah satu tokoh masyarakat di Desa Salo Timur, H. Bustami menyebut tradisi Raya Ziarah Kubur sudah berlangsung lama. Tradisi ini dilakukan pada setiap tahunnya dari waktu kewaktu tepatnya enam hari setelah Lebaran pertama berlangsung. “Tidak hanya berziarah, tradisi dikuburan ini juga menjadi tempat bersilaturahmi sehingga dihari raya enam ini masyarakat dapat bertemu dan berjabat tangan satu sama lain.” “kata H. Bustami”. Selain itu H. Bustami mengingatkan kepada jamaah ziarah bahwa kegiatan ini juga sebagai pengingat kematian. “Di sinilah tempat terakhir kita semuanya nanti. Berdoalah untuk keluarga yang sudah mendahului kita, entah kapan waktunya nanti giliran kita yang diziarahi,”ucap H. Bustami.

Setelah itu masyarakat menyeberangi sungai dengan menggunakan rakit/sampan menuju ke salah satu Masjid yang sudah menyediakan makan siang. Yang mana makanan ini sudah sudah dipersiapkan oleh kaum perempuan dan dibawa kemasjid untuk makan bersama. Jamaah akan pulang kerumahnya masing- masing setelah melaksanakan shalat zuhur bersama.

Tradisi hari Raya Enam ini lebih meriah dan ramai dibandingkan dengan hari raya pertama lebaran. Bahkan muncul pula istilah lebih baik tidak ada pada hari pertama Lebaran dari pada tidak hadir saat Hari Raya Ziarah Kubur ini. Tradisi Hari Raya Enam ini sudah lama sering terjadi, bahkan hampir setiap tahunnya dilaksanakan tradisi Hari Raya Enam. Maka dari itu saya sendiri menyampaikan bahwa semoga ke depannya Hari Raya Enam ini dapat dilaksanakan kembali untuk tahun berikutnya.

Tentang Hari Raya Enam adalah Hari Raya yang dilakukan setelah melaksanakan puasa enam hari dibulan syawal atau tepatnya pada tanggal 7 syawal. Hari Raya Enam ini bertujuan untuk bersilaturahmi antar sesama, baik itu sesama warga setempat maupun dengan warga perantauan yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya. Hari Raya Enam ini juga merupakan tradisi masyarakat Salo Timur yang mana setiap tahunnya ada secara turun temurun. Tidak hanya di Salo Timur, namun Hari Raya Enam ini juga dilakukan disetiap dusun atau desa yang ada dibangkinang. Bahkan banyak orang mengatakan Hari Raya Enam ini lebih meriah dan ramai dibandingkan dengan Hari Raya pertama lebaran.

Penulis : Meiza Riani Fitri
No hp : 082384436761
Gmail : meizarianifitri@gmail.com