Salo, auramedia.co- Seluruh bunda, wali murid serta anak didik TK Tunas Harapan SKB Salo komit menjalankan program sekolah ramah anak. Untuk mewujudkan sekolah ramah anak, TK Tunas Harapan SKB Salo melaksanakan kegiatan sehari belajar di luar sekolah. Pada Kegiatan tersebut juga dilaksanakan penandatangan deklarasi Sekolah Ramah Anak (SRA).
Kepala TK Tunas Harapan SKB Salo, Nurhidayani, S.Pd Aud kepada wartawan (07/11/19) di sela kegiatan sehari belajar di luar sekolah TK Tunas Harapan Salo mengatakan, bahwa kegiatan sehari belajar di luar sekolah merupakan upaya untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak (SRA) dan dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional yang jatuh pada 20 November yang akan datang.
Beberapa agenda dilaksanakan pada kegiatan sehari belajar di luar sekolah, diantaranya menyambut siswa dengan 3 S (senyum, salam dan sapa), menyanyikan lagi Indonesia Raya, Cuci tangan sebelum makan, berdo’a bersama sebelum makan, sarapan sehat bersama yang dipersiapkan oleh orang tua, berdo’a bersama setelah makan, cuci tangan setelah makan, memeriksa lingkungan, menyingkirkan tanaman, barang atau hal-hal yang membahayakan siswa, mematikan lampu, peralatan listrikyang tidak diperlukan dan mematikan kran yang terbuka, membaca buku di luar kelas, simulasi evakuasi bencana dalam lagu dan gerak, melaksanakan senam Germas, melaksanakan permainan tradisional, melaksanakan tepuk hak anak dan yel-yel sekolah ramah anak, deklarasi sekolah ramah anak, pelantikan tim sekolah ramah anak, dan ditutup menyanyikan lagu maju tak gentar, ungkap Ida sapaan akrabnya.
Nurhidayani menambahkan, pada kegiatan deklarasi sekolah ramah anak, selain membacakan deklarasi, para bunda, wali murid dan peserta didik TK Tunas harapan SKB Salo melakukan penandatangan komitmen untuk menjadikan TK Tunas Harapan SKB Salo sebagai sekolah ramah anak.
Deklarasi bersama tersebut adalah komitmen dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap, mewujudkan sekolah yang aman, bersih, sehat, inklusif dan nyaman bagi perkembangan peserta didik, menghargai hak-hak anak, menjadi motivator, fasilitator sekaligus sahabat bagi peserta didik, menciptakan sekolah bebas asap rokok, minuman keras dan Napza, menciptakan sekolah bebas vandalisme (merusak) kekerasan fisik dan non fisik, membangun suasana sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan tempat pendidikan dan tempat pendidikan setelah keluarga, dan menciptakan lingkungan sekolah bebas pornografi dan pornoaksi, ungkap Ida sapaan akrabnya.(Adi Jondri)