Sore itu menjadi sore yang penuh makna dan pelajaran bagiku. Seusai menemani senior yang sekaligus mentorku dalam menjalani lika-liku kehidupan dunia ini.
Di saat saya masih menikmati layanan pustaka di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kabupaten Kampar. Sembari berdiskusi dengan beberapa orang pegawai dan ASN di dinas yang menyediakan paling sedikit 90.000 buku bagi masayarakat Kampar. Di kala diskusi kami asyik tentang upaya untuk menggalakkan literasi dan minat baca masyarakat Kabupaten Kampar, tiba-tiba HP kecil berwarna hitam yang kumiliki berbunyi dengan dering. Saat ku lihat, ternyata senior yang sekaligus mentor terbaikku yang memanggil.

Assalamualaiku adinda terbaik, ungkapnya.
Waalaikum salam bang, sahutku.
Apa kegiatanmu saat ini?, tanyanya.
Lagi diskusi sama pemerhati dan peduli pustaka Kampar bang, jawabku.
Bisakah kamu menemaniku sore ini?, senior kembali bertanya.
Untuk abang apa yang tidak bisa, jawabku sembari tersenyum.
Tidak berapa lama, terdengar suara motor dari ruangan tempat kami berdiskusi.
Sayapun keluar sembari minta izin kepada teman diskusi tersebut.
Adinda, ayo kita ke PMI, ajak senior kepada diriku.
Tampa berdebat dan bertanya panjang, sayapun mengikuti ajakan tersebut.
Dalam perjalanan menuju kantor PMI yang tidak jauh berada di kawasan pasar Impres Bangkinang, sang senior berkata kepadaku, ” wahai adinda, dalam hidup ini kita harus selalu berbuat baik dan memberikan sesuatu manfaat kepada manusia yang lain. Tidak masanya lagi kita harus menjadi orang yang ego dan hanya memikirkan diri sendiri. Karena hakikat manusia yang baik itu adalah manusia yang mampu memberikan kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Ukuran kebaikan kita dapat dinilai sebesar apa manfaat yang bisa kita berikan untuk orang lain”,ungkap senior yang sangat menyejukkan hatiku.
Tidak berapa lama, kamipun sampai di kantor PMI Kabupaten kampar. Kamipun langsung disambut dengan ramah dan senyuman dari petugas PMI. Sang senior langsung menyelesaikan administrasi untuk mendonorkan darahnya kepada PMI. Ketika mendampinginnya menyelesaikan administrasi, sang senior berkata kepadaku, adinda, sebaiknya kamu ikut donor darah. Karena donor darah itu ada dua manfaat penting. Pertama, sang pendonor akan sehat. Kedua, darah yang didonorkan akan dapat dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan, ungkapnya.
Dalam sebuah pemikiran yang tidak fokus, sayapun memberanikan diri dan berniat untuk melakukan donor darah. Setelah melakukan cek tekanan darah, ternyata darahku masih dalam kategori normal namun berda pada posisi rendah. Sayapun disuruh mengukur berat badan, ternyata berat badanku hanya sekitar 47 kilogram. Namun petugas PMI berkata kepadaku, abang bisa dipaksakan ikut donor, tetapi saya tidak menanggung resiko. Mendengar jawabanitu saya menjadi ragu dan memutuskan untuk tidak ikut mendonorkan darah.

Setelah mendampingi senior mendonorkan darahnya, kamipun bergegas pergi sholat Asyar ke sebuah mesjid yang terletak di depan SMPN 2 Bangkinang Kota.
Seusai sholat dan ketika kami bergegas mau masuk ke mobil, tiba-tiba datang empat orang siswi mengendararai dua sepeda motor. Satu sepeda motor dikendarai oleh dua orang siswi bercadar.
Dengan wajah lugu tampa dosa, mereka langsung menghampiri kami dan langsung bertanya,
Siswi: Pak, apakah ada pengurus mesjid?
Kami: tidak ada dek, karena memang tidak ada satu orangpun yang kami lihat di mesjid selama kami berada di mesjid tersebut.
Siswi: kami mau jumpa pengurus pak, ungkapnya.
Kami: kalian mau apa?
Siswi: kami mau ngajukan proposal bantuan dana pak, ungkap mereka dengan penuh harapan.
Kami: dana untuk apa dek?
Siswi: kami mau mengikuti Olimpic Ahmad Dahlan VI 2019 tingkat nasional yang diadakan pada 26-29 Oktober 2019 di Semarang pak, ungkap mereka.
Kami: bagaimana dengan perhatian sekolah kalian, kami bertanya
Siswi: perhatian sekolah ada pak, pihak sekolah membantu kami 30% pak, ungkapnya.
Kami: emangnya kalian butuh dana berapa?
Siswi: sekitar Rp. 32.750.000,- untuk lima orang pak.
Sembari berdiskusi panjang dengan para siswi yang berprestasi tersebut, hatiku menjadi pilu dan sedih.
Karena ternyata daerah yang kucintai ini banyak memiliki potensi SDM yang sangat luar biasa. Namun, sangat disayangkan, mereka terlahir dari keluarga yang tidak mampu dalam membiayai cita-cita dan impiannya.
Dalam hati saya berkata, kenapa kalian tidak terlahir dari anak-anak pejabat yang mana tunjanganya satu bulan cukup membiayai keberangkatan kalian dalam mengikuti olimpic tingkat nasional tersebut.
Kenapa kalian tidak terlahir dari anak Bupati dan pejabat eksekutif di negeri ini?, jika kalian terlahir sebagai anak mereka, mungkin kalian tidak perlu bersusah payah dalam mencari kebutuhan untuk menjalani proses perjuangan dalam pengembangan potensi diri kalian saat ini. Kalian tidak perlu sibuk ke sana-ke mari mengumpulkan sumbangan untuk membiayai kalian yang akan berangkat ke Semarang untuk mengikuti olimpic tersebut, gumamku dalam hati.
Para siswi dengan penuh harapan tersebut berkata, awalnya kami mau pergi ke mesjid-mesjid yang ada di Bangkinang untuk mengajukan roposal pak. Kami tidak tahu mau cari dana ke mana lagi pak, dan kami membuat proposal untuk kami ajukan ke rumah-rumah warga. Kami sudah memiliki tekad bulat untuk mengikuti lomba tingkat nasional ini pak. Kamipun tidak memikirkan takut dan malu meminta sumbangan ini. Bagi kami, ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk maju dan mengharumkan nama daerah dan sekolah kami pak.
Kami berharap kami nanti bisa juara. Kami akan sangat bersyukur kepada Allah dan orang yang membantu kami pak. Jika nanti Kami juara, kami pengen dauroh Tahfiz di Jawa selama 2 bulan dengan target hafal 30 juz. Kami ingin memberikan sepasang mahkota kepada kedua orang tua kami pak. Kami akan buktikan kami mencintai mereka karena Allah pak. Kami belum sanggup membayar jasa kedua orang tua kami pak. Karena itu kami kepingin membuktikan kepada kedua orang tua kami, bahwa kami sangat mencintai mereka, ungka Siswi bercadar yang hampir mengeluarkan tetesan air mata kami.
Pada akhir pembicaraan, kami hanya berpesan, berjuanglah kalian sekuat tenaga untuk mencapai cita-cita dan impian yang mulia ini. Yakinlah kalian kepada kemampuan diri kalian. Yakinlah kalian kepada kekuasaan Allah azza Wajallah. Selalulah berada dalam jalan kebenaran dan berbaktilah kepada ke dua orang tua kalian.
Kami yakin, “kalian adalah generasi emas yang dimiliki negeri ini. Kalian adalah generasi harapan masa depan yang dibutuhkan oleh negeri ini. Jangan sampai kalian putus asa dengan keterbatasan yang ada. Yakinlah, Allah punya cara terbaik untuk kalian dalam mencapai cita-cita mulia itu”, ungkapku dalam hati.
Penulis : Adi Jondri Putra (Anggota Komunitas Pegiat Literasi Kampar).





















